Tuesday, June 24, 2008

Banting Tulang neh......


Gawat deh. Sejak Jumat sore lalu si Wak As, asisten RT ku, pulang kampung di daerah Bamban, sebelum Tebing Tinggi, karena katanya mau ambil rapor anaknya yang naik ke kelas 3 SMU. Tapi Minggu pagi dia telpon mengatakan minta izin libur seminggu, katanya mau melihat adiknya yang sakit karena tabrakan di Pekanbaru. Bah...gawat deh. Selalu begitu. Setiap pulang kampung pasti molor pulang ke Medan lagi.

Setelah berunding dengan sua
mi dan anak-anak, maka kuizinkan dia libur. Jadi Sabtu atau Minggu depan dia kembali ke Medan.

Tapi yang tak kusangka rupanya Ryan mulai Senin kemarin sudah libur sekolah. Aku jadi panik juga. Siapa yang jaga dia kalau kami semua pergi. Ande dan Ivan masih masuk sekolah untuk remedial, sekitar jam 12.00 siang baru tiba di rumah. Belum memungkinkan Ryan sendirian di rumah tanpa penjaga. Mau minta tolong ke tetangga aku sungkanlah. Akhirnya, ku minta tolong ke Elly, keponakan jauh, tapi akrab dengan kami. Syukur Elly mau menolongku menemani Ryan.

Pagi Senin kemarian aku sibuk berat menyiapkan sarapan dan makan siang buat anak-anak. Heboh lah pokoknya. Untung saja baju-baju sudah kucuci malamnya, jadi pagi tidak repot lagi soal cucian. Syukur juga Ryan ditemani Elly dirumah dan aku pun dengan tenang dapat ke kantor. Dari kantor anak-anak kupantau via hp.

Pulang kantor lumayan rumah tidak berantakan. Anak-anak mau cuci piring untuk makan siang mereka. Sampah pun bisa dibereskan mereka. Aman dah.

Tadi malam kami berunding lagi dengan anak-anak. Diputuskan bahwa Ande dan Ivan akan bergantian tidak sekolah mulai hari ini. Ande sudah selesai remedial, jadi ke sekolah pun tidak ada kegiatan dan tidak di absen guru katanya, maka tidak mengapa jika tidak datang. Jadilah hari ini giliran Ande tidak sekolah untuk menemani Ryan, sedangkan Ivan tetap ke sekolah karena hari ini terakhir kalau kalau ada remedial. (Ternyata tidak ada remedial).

Jadi tadi pagi ku telpon Elly agar dia tidak perlu ke rumah ku karena sudah ada Ande yang menemani Ryan.

Aku lega dengan solusi ini. Ternyata tanpa pembantu urusan rumah tangga bisa berjalan lancar, walau aku ekstra capek dan repot. Pulang kantor aku singgah ke warung, belanja sayur dan ikan buat malam dan siang esoknya. Sampai rumah aku harus masak dan mencuci pakaian juga piring-piring. Wuiihhh... heboh lah. Jam sembilan malam semuanya baru klar. Syukur naka-anak mau turut membantu ku, angkat piring, membantu cuci pakaian dengan mesin cuci, dll. Lumayan agak ringan juga sih.

Nanti sore aku sudah punya jadwal untuk belanja lagi buat persediaan. Terus, masak makan malam, cuci dan setrika pakaian. Pakaian yang belum disetrika menumpuk sudah tiga hari. Dan ngepel deh, sudah 3 hari juga belum ngepel sejak si wak As libur. Hehehe...jangan dipikirkan, dijalani saja.

Tanpa pembantu, ternyata ada hikmahnya. Mau tahu, ini nih...:
  • Keluarga jadi lebih kompak untuk saling bantu. Meski anak-anak ku semua laki - laki, yang terpenting mereka tidak sungkan mengerjakan tugas rumah tangga.
  • Anak-anak lebih tahu diri dan mandiri untuk meringankan pekerjaan rumah tangga.
  • Aku bisa menyediakan makanan yang baik buat keluarga yang kumasak sendiri. Selama ini kan si Wak As yang masak setiap aku kerja, Sabtu Minggu aja paling aku bisa buat masakan.
  • Satu lagi, aku jadi lebih kenal dan paham seluk beluk rumahku.
Jadi sudah saatnya aku dan keluarga untuk bersiap-siap jika suatu saat nanti kami memang tidak memerlukan pembantu.

2 comments:

urang said...

Pipi.., Blog mu bagus
jadi bisa lihat Pipi dari sisi lain
sebagai Wanita perkasa, mengurus rumah, suami, anak, dapur, cucian,
dan Bekerja. Pengalaman mu gak beda jauh dengan pengalaman istriku pada saat gak ada Pembantu ...he..he
Itulah hebatnya Wanita..!!
Bravo fren..!

Indra

Zil said...

Yah itulah manfaat banyak anak, yang tua bisa jaga adiknya ....... juga manfaat punya ponakan bisa jaga sepupunya ........... namun yg paling penting adalah manfaat punya tetangga ...... karena itulah saudara terdekat kita ....... ok sukses buat Pipi dalam memanage keluarga .......